Ringkasan — Psychology of Money

Irwansyah
4 min readMar 15, 2022

--

Cover Buku

Buku ini sangat direkomendasikan oleh dosen pengajar Mini MBA di Binus. Sebelumnya, saya sempat baca-baca sekilas versi terjemahannya di Gramedia. Tapi kok bahasanya kurang menarik. Saya sempat bertanya-tanya, karena penerjemahannya yang kurang pas atau memang isi bukunya yang cuma omong kosong seperti banyak buku pada umumnya. Namun, setelah direkomendasikan oleh seorang dosen di bidang yang sama tentu jadi lain cerita. Saya langsung membeli buku versi englishnya lewat online.

Begitu buku saya terima. Kesan pertama adalah, gaya penulisan buku ini sangat renyah dan ringan. Padahal topik pembahasannya tentang ekonomi dan keuangan. Ukuran dan ketebalannya pun cukup, tidak ketebalan dan tidak ketipisan. Dengan kata lain, very well designed.

Semuanya Waras

Buku ini memulai dengan membahas mengapa banyak orang waras namun mereka mengambil keputusan keuangan yang terlihat gila dan tidak dapat dimengerti orang lain. Apa yang menyebabkan mereka begitu? Ternyata fenomena tersebut disebabkan oleh latar belakang situasi ekonomi ketika mereka tumbuh dewasa. Jadi apa yang dianggap gila oleh seseorang dianggap biasa saja oleh orang lainnya.

Mengapa masih ada orang yang membeli karcis lotere? Karena mereka miskin. Kemiskinan tersebut membuat mereka yakin mereka tidak akan dapat menikmati kemewahan yang dinikmati oleh masyarakat kelas menengah atau di atasnya. Bagi mereka, orang-orang yang bisa membeli rumah sendiri, bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi, membeli mobil baru, mempunyai asuransi kesehatan, rumahnya di cluster yang aman adalah orang-orang yang hidup di alam mimpi. Dan mereka ingin mencapai impian itu lewat lotere.

Hoki dan Apes

Bill Gates bisa menjadi pengusaha software yang sukses karena dia hoki bisa bersekolah di sebuah sekolah kaya. Dan sekolah tersebut hoki bisa punya seorang guru yang memperjuangkan pembelian komputer (waktu itu komputer sangat besar dan sangat mahal) supaya anak didiknya punya akses ke komputer dan siap untuk masa depan. Jadi kita bisa bilang, Bill Gates bisa sekaya sekarang karena dia hoki.

Namun, membicarakan hoki berarti kita harus membicarakan sisi sebelahnya, yaitu apes. Sewaktu di sekolah yang sama, Bill Gates punya dua teman. Namanya Kent Evans dan Paul Allen. Ketika dewasa Bill dan Paul mendirikan Microsoft bersama. Lalu apa yang terjadi dengan Kent? Seharusnya Kent bisa menjadi salah satu founder Microsoft namun Kent mengalami nasib apes. Kent tewas ketika naik gunung.

Dengan begitu, kita bisa simpulkan, usaha individu bukan faktor penentu. Ada faktor lain yang menentukan hasil akhirnya, yaitu faktor hoki dan apes. Dan karena itu, janganlah terlalu kejam menilai kesuksesan finansial seseorang atau pun diri sendiri karena faktor penentu bukanlah usaha mereka sendiri tapi ada unsur hoki dan apes. Bahkan, Robert Shiller, pemenang Nobel Ekonomi mengatakan hoki memang berperan dalam hasil akhir.

Merasa Cukup

Banyak orang yang sudah super duper kaya namun mereka terjebak di dalamnya. Mereka tidak dapat berhenti dan selalu ingin lebih. Mereka belum mengenal rasa cukup. Keinginan untuk selalu lebih ini banyak yang membuat mereka terjerumus dalam kehancuran seperti dipenjara karena terbukti melanggar hukum demi memuaskan kerakusannya untuk mendapatkan yang lebih lagi.

Keajaiban Bunga Berbunga

Warren Buffet bisa sekaya sekarang bukan karena dia adalah investor yang memberikan hasil tertinggi berturut-turut. Namun, karena beliau konsisten berinvestasi sejak muda dan menghasilkan hasil yang cukup. Dan hasil secukupnya tersebut mendapat percepatan dari compounding interest atau bunga berbunga. Seperti pribahasa, dikit-dikit menjadi bukit.

Menjadi Kaya vs Menjaga Tetap Kaya

Banyak orang yang bisa menjadi kaya dengan mudah namun mereka gagal untuk mempertahankan keadaan untuk tetap kaya. Sehingga, fokus kita haruslah jangan kejar investasi yang menawarkan pendapatan sesaat yang sangat tinggi namun kita tidak mampu menghadapi resikonya jika apes. Kejarlah investasi yang menawarkan pendapatan secukupnya yang penting kita bisa mengatur resiko sehingga kita tidak hancur kalau apes.

Berakhir di Tails Dan Menang

Dalam ilmu statistik probabilitas ada namanya istilah Tails. Istilah ini mengacu kepada kemungkinan percobaan berakhir ke sisi terjauh dari kurva distribusi. Namun, dalam berinvestasi, justru munculnya situasi tail ini malah bisa membuat kita kaya mendadak. Dalam dunia startup ada semboyan, to be successful you have to increase your failure rate.

Kita harus menerima fenomena tails ini akan sering terjadi dalam dunia bisnis , investasi dan keuangan. Dengan begitu, walaupun kita mungkin sering gagal namun pada satu waktu kita akan mengalami tails dan mendapatkan hasil yang sangat besar. Dalam dunia perfilman Indonesia, ada adagium, “Biasa jagoan mah kalah dulu baru menang”.

Kebebasan Memilih

Memiliki uang yang sangat banyak bukanlah tujuan utama. Karena hasil akhir paling tinggi adalah ketika kita bisa memiiliki kebebasan untuk menghabiskan waktu. Amerika Serikat adalah negara terkaya dalam sejarah dunia namun rata-rata penduduknya sedikit sekali yang bahagia. Bahkan tidak sebahagia di tahun 1950-an ketika kekayaan mereka jauh di bawah sekarang. Penyebabnya adalah mereka menukar kebebasan mereka untuk menghabiskan waktu demi mendapatkan kekayaan yang lebih besar lagi.

Teruslah Menabung

Membangun kekayaan tidak ada hubungannya dengan besarnya pendapatan tapi berapa besar uang yang anda tabung.

Masih banyak lagi yang ditulis di dalam bukunya namun saya cukupkan sampai di sini.

--

--

Irwansyah
Irwansyah

Written by Irwansyah

Journeyman to Empowered Product Master

No responses yet